May 22, 2009

Budiono, Neoliberal dan Rakyat Indonesia

Perdebatan dan perang wacana di media massa tentang cawapres Budiono dalam isu neoliberalisme rasanya makin seru dan rame apalagi menjelang dekatnya pelaksanaan Pilpres 2009 seperti sekarang ini. Isu neoliberalisme-kapitalisme memang sangat cocok dalam suasana menjelang pemilu seperti ini karena wujud sistem tersebut seolah-olah menjadi sosok sistem yang sangat merugikan dan "haram" untuk diterapkan dalam tata kehidupan masyarakat Indonesia. Bahkah yang pada awalnya isu tersebut hanya tertuju pada Budiono namun sekarang ini juga menyerang partnernya: SBY itu sendiri.

Hampir di semua media massa cetak maupun elektronik, dapat dipastikan isu tersebut pasti menjadi salah satu tajuk penting yang layak diberitakan. Wong namanya juga mendia, tentu apa saja yang menarik dan membuat reaksi masyarakat banyak tentu akan menjadi sajian yang tiada henti.

Dengan makin santernya isu tersebut, pihak SBY-Budiono tentu mengambak reaksi cepat menanggapi isu tersebut bahwa semua yang diisukan sebagian orang dan media itu tidak benar. Indonesia tidak sepatutnya diserahkan kepada ekonomi/pasar bebas, demikian salah satu jawaban Budiono menangapi hal itu. Tak hanya Budiono sendirian, SBY bersama tim suksesnya di partai Demokrat juag tak henti-hentinya menyangkal isu tersebut. Namun apa daya, lawan SBY pun tak henti-hentinya pula menyerang. Ibaratnya, sampai titik darah penghabisan!! Kalu mau ditambahi, mumpung mau pemilu, kalau kalah, kapan lagi?!

Terlepas dari benar tidaknya isu neoliberalisme yang menyerang Budiono-SBY, paling tidak ada beberapa hal yang menarik untuk dipahami mengenai isu neoliberalisme di Indonesia ini. Hal tersebut adalah:

Pertama: bahwa bangsa Indonesia ini telah melihat bahwa sistem kapitalis yang berwujud neoliberalis tidak boleh atau haram diterapkan di Indonesia. Karena sistem yang pantas dipakai adalah sistem ekonomi kerakyatan: sistem yang lebih memihak kepada rakyat, bukan sistem yang secara bebas dan cenderung memihak kepada kekuatan asing. Istilah katanya, negara masih dibutuhkan dalam mengelola dan membatasi sistem perekonomian negeri ini.

Kedua: terlepas benar tidaknya isu liberalisme terhadap cawapers Budiono, sebetulnya dalam menyikapi hal itu bangsa ini mesti melihat secara seimbang atau bahasa gaulnya proporsional. Artinya, jangan sampai melihat Budiono dalam satu sudut saja seperti bahwa dia adalah lulusan Amerika dan kebijakannya banyak mendukung kenyataan itu. Namun di sudut pandang lain semestinya harus seimbang, bahwa banyak sisi positif yang dapat diambil dari Budiono. Seperti bahwa Budiono tidak terlibat dalam praktik korupsi, dalam eranya juga disahkan undang-undang mengenai sukuk yang artinay sangat mendukung kemajuan perekonomian syariah di Indonesia.

Ketiga; dalam sikap proporsional lain semstinya bangsa ini juga melihat tidak hanya tertuju pada sosok Budiono, tapi selayaknya juga melihat siapa yang melontarkan (menuduh) julukan neoliberalis kepada Budiono. Apakah yang menuding itu benar-benar pro-rakyat, atau hanyak sikap konfrontatif terhadap lawanya menjelang Pilpres 2009 ini. Pertanyaan lain, apakah yang anti Budiono itu selama ini memiliki sepak terjang yang luar biasa yang manfaatnya telah dirasakan bangsa ini, atau hanya sikap verbal saja. Kalo ini yang terjadi tentu patut dipertanyakan apa maksud di balik penyebaran isu-isu tersebut.

Ke-empat; siapapun Budiono, entah dari Amerika atau UIN, selama kebijakannya bermanfaat kepada rakyat mesti didukng bangsa ini, tapi sejauh dia melenceng dari kepentingan rakyat, semoga bangsa ini dan juga Tuhan yang Maha Kuasa tidak meridhoi siapapun mengatur dan memimpin bangsa Indonesia yang hijau ini.

wah...malah jadi kampanye neh..hehe, gak papa, bukan berarti pro Budiono lho, tapi sekedar menyapikan isi hati dari rakyat kecil yang perduli kepada nasib bangsa Indonesia ini yang makin tidak menentu...

0 10:

Post a Comment

About Me

My photo
just a humble person seeking all kinds of knowledge beneficial for this life.. Completing study in a complicated country

My YM

Shout me

 

Copyright © 2009 by Asal Taroh